wrap2'>

#

Senin, 31 Oktober 2011

Manajemen Resiko

Resiko yang dihadapi setiap bentuk bisnis adalah rugi.

Demikian pula di bisnis futures trading seperti ini. Futures trading merupakan suatu bentuk bisnis yang mengandung potensi resiko yang cukup tinggi. Namun, peluang keuntungan (return) yang ditawarkan pun tak kalah tinggi. Untuk bisa memaksimalkan peluang keruntungan tersebut dan sekaligus meminimalisir resiko dibutuhkan manajemen resiko, atau yang kita kenal dengan nama “risk management”.

Dengan menerapkan risk management, berarti kita menerapkan kontrol penuh atas uang kita. Kita bisa membatasi sampai sejauh mana kerugian yang mungkin akan kita alami. Ibarat bermain catur, kita harus mempersiapkan langkah apa yang akan kita jalankan dan antisipasinya jika langkah kita itu keliru.

Ingatlah bahwa tidak ada satu orangpun yang bisa menentukan masa depan. Dengan demikian, juga tak ada seorang pun yang tahu persis ke mana harga akan bergerak. Kebanyakan trader pemula gagal karena tidak memiliki dasar manajemen resiko yang baik.

Risk Management Tools

Dalam trading, penerapan risk management dibantu dengan 4 teknik risk management: cut loss, switching, averaging, dan hedging/locking.

1.    Cut loss
Cut loss dilakukan dengan segera menutup transaksi yang merugi dengan tujuan menghindari potensi resiko yang lebih besar.

Misalnya kita memprediksi harga akan turun, dan kita melakukan Sell sebanyak 1 lot di level 1.5020. Ternyata harga malah bergerak naik hingga ke level 1.5050, sehingga kita mengalami kerugian sebesar -30 pips. Karena kita tidak mau menghadapi resiko kerugian yang lebih besar, maka di level 1.5050 posisi Sell tadi kita tutup, dengan konsekuensi kita mengalami kerugian sebesar -30 pips.

2.    Switching

Tujuannya untuk membuang posisi yang mengalami kerugian agar tidak semakin merugi lalu meng-cover-nya dengan cara membuka transaksi baru yang berlawanan dengan transaksi awal. Biasanya dilakukan untuk kondisi di saat pergerakan harga relatif kencang. Contoh ilustrasinya seperti berikut:

Misalnya kita membuka posisi Sell pada level 1.5020, dan harga malah bergerak naik. Sampai di level 1.5050, posisi kita sudah mengalami kerugian sebesar -30 pips. Jika kita menganggap bahwa pergerakan harga masih akan naik, maka pada level 1.5050 kita menutup posisi Sell kita tadi. Pada saat yang bersamaan, kita juga membuka posisi Buy di level 1.5050.

Jika ternyata harga benar-benar terus naik hingga ke level 1.5080, maka posisi Buy kita tadi akan mendapatkan keuntungan sebesar +30 pips. Artinya, kerugian -30 pips akibat posisi Sell tadi telah tertutupi.

Switching baru boleh kita lakukan apabila kita benar-benar yakin bahwa harga akan meneruskan arah pergerakannya. Sebab, dengan melakukan switching berarti kita membuka posisi baru yang tentu memiliki potensi rugi juga, apabila ternyata harga berbalik arah lagi. Di sini diperlukan kematangan analisis dan tingkat kesiapan mental seorang trader.

3.    Averaging
Averaging (atau ‘cost-averaging’) merupakan bentuk manajemen resiko yang cukup ekstrim, karena pada dasarnya teknik ini “melawan” arah pergerakan harga. Teknik ini hanya boleh digunakan bagi para trader yang memiliki mental “baja” dan juga harus memiliki dana yang cukup besar. Contoh ilustrasi singkatnya adalah seperti berikut:
Andaikan kita melakukan Sell 1 lot di level 1.5000. Ketika harga bergerak naik hingga ke level 1.5050, kita tidak menutup posisi yang rugi tadi, namun kita menambahkan lagi satu posisi Sell sebanyak 1 lot. Pada level ini, kerugian kita sudah mencapai -50 pips.

Ternyata, harga naik lagi hingga ke level 1.5100. Pada level ini, total kerugian kita sudah menjadi -150 pips. Kerugian kita baru akan tertutup jika harga turun lagi sampai ke level 1.5050. Jika di level ini kita tutup semua posisi sell kita, maka kerugian kita akan menjadi nol.

Jika harga turun lagi sampai ke level 1.5000, barulah kita akan mendapatkan keuntungan sebesar +150 pips.

Teknik ini hanya bagus jika kita gunakan dalam keadaan pasar yang sideway, karena peluang untuk harga kembali lagi ke posisi awal kita lebih besar.

4.    Hedging
Ada juga yang menyebutnya “locking”. Sebenarnya, teknik ini adalah teknik yang aneh, karena si trader yang mengalami kerugian sebenarnya tidak bisa melakukan apapun terhadap kerugian yang sudah dideritanya. Anda tidak dianjurkan melakukan hal ini. Satu-satunya alasan teknik ini dijelaskan di sini adalah agar Anda tahu bahwa ada beberapa trader yang menggunakan teknik ini. Berikut salah satu contoh dan ilustrasinya:

Ketika seorang trader melakukan sell 1 lot di level 1.5000, ia akan mengalami kerugian sebesar -50 pips jika harga naik ke level 1.5050. Namun ia tidak mau “membuang” posisi yang sudah rugi itu. Dia justru melakukan Buy 1 Lot di harga 1.5050. Nah, pada saat inilah si trader tersebut “mengunci” kerugiannya sebesar -50 pips. Artinya, ke manapun harga bergerak nantinya, kerugian yang dideritanya hanya sebesar “kuncian” itu.

Apapun itu, yang jelas trader tersebut sudah menderita kerugian. Tidak ada bedanya dengan melakukan cut loss, hanya saja belum ada posisi yang ditutup. Ketika harga naik ke 1.5100, trader tersebut menutup posisi Buy yang dilakukannya di harga 1.5050 tadi. Meskipun posisi Buy ini mendapatkan keuntungan +50 pips, tapi jangan lupakan posisi Sell yang masih tertinggal di bawah (yang saat ini kerugiannya sebesar -100 pips!). Maka dari itu, trader kita ini masih menderita kerugian sebesar -50 pips.

Kerugian trader tersebut baru akan tertutup jika harga bergerak turun ke level 1.5050, jika di harga ini dia menutup posisi Sell yang pertama kali dilakukannya (di harga 1.5000). Keuntungan sebesar +50 pips baru akan didapatkan kalau harga turun hingga ke level 1.5000.

Inilah “pembenaran” yang sering dijadikan alasan bagi para pelaku locking. Padahal kalau mau diteliti lagi, kejadian di atas tidak ada bedanya dengan melakukan cut loss di harga 1.5050, lalu melakukan Sell lagi di harga 1.5100. Coba saja hitung-hitung!

0 komentar:

Posting Komentar

 
KOMUNITAS FOREX MALANG | INVESTASI FOREX FIX PROFIT 4% | PELATIHAN FOREX